Kalau ngomongin yang namanya jarak, nggak tau kenapa
mendadak jadi gimana gitu ya. Kenapa hal ini selalu terkait dengan sesuatu yang
buruk? Semakin jauh jarak, semakin jauh juga kedekatan di antaranya. Entah itu
jarak nyata, jarak maya, apapun. Pasti menyebalkan.
Enggak tahu kenapa, aku merasa tak akan lama lagi
aku akan membentangkan jarak ke orang-orang yang kusayang. Kupikir itu
menyedihkan. Bagaimana bisa tidak? Aku ini payah dalam hafal-menghafal dan
ingat-mengingat. Bagaimana nanti kalau aku lupa bagaimana bentuk rupa sesorang?
Mata seseorang? Senyum seseorang? Apapun itu, aku ingin seseorang itu selalu ada dalam jangkauan jarak
pandangku yang hanya terbatas itu.
Tapi separah-parahnya dampak yang diciptakan oleh si
jarak, dalam konteks yang lain justru jarak secara maya itu yang sangat
mengenaskan. Pengen nyoba? Well, saat
lo tau orang yang paling lo sayang emang masih ada di bumi-badannya-tidur di
dalam bumi, dipeluk dalam diam. Ah, membayangkannya saja sudah membuatku merasa
muak. Dan sedih.
Apalagi jarak dalam definisi yang lebih sensitive.
Bukan karena orang itu jauh dari kamu. Tapi orang itu deket sama kamu, orang
itu ada di hadapan kamu tapi dia nggak tau kamu mencintai dia. HAHAHHAHAHA.
Menurutku, itulah jarak yang paling mak
jleb kalo ku bilang.
Tapi, lama-lama aku harus berteman baik sama jarak,
yah walaupun jarak nggak sebaik kamu yang bisa kutonjok saat bete dan kurampok
saat kelaparan. Tapi, yah seenggaknya dengan temenan baik sama jarak aku mulai
bisa menerima dan bersyukur, serta mengerti bahwa rasa kangen itu memang ada.
Keinget kata Om Einstein tentang teori relatifitas ,
jadi jarak itu relative kok. Aku mendapat beberapa wangsit yang menenangkanku.
Tapi yah, wangsit itu harus dibayar dengan tidak tidur semalaman dan
menghabiskan susu cokelat dan mi pasta buat nyari inspirasi.
“Kita masih
berada dalam bumi yang sama.
Kita masih bisa
melihat bulan yang sama.
Matahari serta
bintang dengan terang yang sama yang sama,
meskipun kamu
dan aku melihat senja dengan GMT yang berbeda.
Dan yang pasti,
kita masih berdo’a dengan Tuhan yang sama. :)”
30
Agustus 2012 menjelang keberangkatan ke tanah rantau.
Nancep banget T_T
BalasHapus