Minggu, 21 Oktober 2012

Tentang Jarak





Kalau ngomongin yang namanya jarak, nggak tau kenapa mendadak jadi gimana gitu ya. Kenapa hal ini selalu terkait dengan sesuatu yang buruk? Semakin jauh jarak, semakin jauh juga kedekatan di antaranya. Entah itu jarak nyata, jarak maya, apapun. Pasti menyebalkan.

Enggak tahu kenapa, aku merasa tak akan lama lagi aku akan membentangkan jarak ke orang-orang yang kusayang. Kupikir itu menyedihkan. Bagaimana bisa tidak? Aku ini payah dalam hafal-menghafal dan ingat-mengingat. Bagaimana nanti kalau aku lupa bagaimana bentuk rupa sesorang? Mata seseorang? Senyum seseorang? Apapun itu, aku ingin seseorang itu selalu ada dalam jangkauan jarak pandangku yang hanya terbatas itu.

Tapi separah-parahnya dampak yang diciptakan oleh si jarak, dalam konteks yang lain justru jarak secara maya itu yang sangat mengenaskan. Pengen nyoba? Well, saat lo tau orang yang paling lo sayang emang masih ada di bumi-badannya-tidur di dalam bumi, dipeluk dalam diam. Ah, membayangkannya saja sudah membuatku merasa muak. Dan sedih.


Apalagi jarak dalam definisi yang lebih sensitive. Bukan karena orang itu jauh dari kamu. Tapi orang itu deket sama kamu, orang itu ada di hadapan kamu tapi dia nggak tau kamu mencintai dia. HAHAHHAHAHA. Menurutku, itulah jarak yang paling mak jleb kalo ku bilang.

Tapi, lama-lama aku harus berteman baik sama jarak, yah walaupun jarak nggak sebaik kamu yang bisa kutonjok saat bete dan kurampok saat kelaparan. Tapi, yah seenggaknya dengan temenan baik sama jarak aku mulai bisa menerima dan bersyukur, serta mengerti bahwa rasa kangen itu memang ada.

Keinget kata Om Einstein tentang teori relatifitas , jadi jarak itu relative kok. Aku mendapat beberapa wangsit yang menenangkanku. Tapi yah, wangsit itu harus dibayar dengan tidak tidur semalaman dan menghabiskan susu cokelat dan mi pasta buat nyari inspirasi. 

“Kita masih berada dalam bumi yang sama.
Kita masih bisa melihat bulan yang sama.
Matahari serta bintang dengan terang yang sama yang sama,
meskipun kamu dan aku melihat senja dengan GMT yang berbeda.
Dan yang pasti, kita masih berdo’a dengan Tuhan yang sama. :)

30 Agustus 2012 menjelang keberangkatan ke tanah rantau.

1 komentar:

Ditunggu komennya :)