Kamis, 16 Mei 2013

Alasan : Kenapa Aku Tidak Merayakan Tahun Baru Masehi

sumber gambar : http://www.manadobisnis.com/2013/01/pesta-kembang-api-warga-sulut-hamburkan.html

Hal pertama yang mungkin akan dilakukan oleh sesorang jika mengalami pergantian tahun Masehi adalah membeli terompet dan kembang api serta menghabiskan malam dengan begadang menunggu bergantinya tahun dengan hura-hura. Ya! Dulu, aku termasuk dalam kategori seseorang itu. Namun tidak lagi untuk aku yang sekarang. Mengapa? Bukan, bukan karena nggak ada duit sih (walau sebenernya kadang itu jadi alasan *eh), Tapi, karena (Alhamdulillah) menuju kedewasaan ini aku makin banyak memahami banyak hal.

Kalau ada yang nanya, "Mau kemana tahun baru ini?" , kadang aku heran. Segitu mainstream-nya-kah tahun baru (Masehi) ini untuk dilewatkan kemana-mana. Memangnya kenapa kalau hanya berdiam diri saja di kamar dan terlelap, misal? Aku sekarang bukan sesorang yang tidak punya prinsip dan aku juga bukan seseoarang yang gampang terseret arus. Aku sekarang menjadi lebih berpikir. Untuk memutuskan melakukan sesuatu saja, aku harus menjawab dua pertanyaan.

Apa alasanmu melakukannya?

Apa alasanmu tidak melakukannya?


Well, terkadang, pemikiran seperti itu membuat kinerjaku melambat. Tapi toh, dampak positifnya, aku sekarang jadi tidak menyesal jika melakukan sesuatu karena aku sudah sedikit memikirkannya. Kembali lagi ke pembahasan tahun baru (Masehi).

sumber gambar : http://www.pasarkreasi.com/dirmember/00001/heru_theruru/content/content-642-20081007-6-34-86/large/langit-allah_642_l.jpg

Aku dari dulu (hingga sekarang) adalah seseorang yang sangat menyukai langit. Langit dengan segala pesonanya. Langit yang penuh daya. Kelamnya seakan menarikku untuk melihatnya lebih lama. Di sana aku bisa melihat senja, fajar, hujan, dan entah kenapa hal-hal yang berkaitan dengan langit sangat indah menurutku. Aku juga bisa melihat bintang. Menggantungkan cita dan harapan. Berdo'a kepada-Nya dengan segala kekhusukan. Aku sungguh mengagumi dan berterima kasih pada-Nya atas diciptakannya langit.
Hal kedua yang kusukai adalah kembang api. Melihatnya berpijar dengan kilatan cahaya yang mengumpul lalu memisah. Percik yang muncul kemudian tiada. Dengan aneka warna, aneka bentuk yang terlukis jelas. Satu dua kembang api yang biasa kugantung di taman sering membuatku nyaman akan tarian letupan-letupan cahayanya.

Langit dan Kembang Api.

Dua hal yang kusukai di dunia ini. Dulu aku melewatkan tahun baru Masehi dengan melihat parade kembang api gratis yang membumbung di angkasa di depan rumah. Kembang api yang menari di atas langit. Ya, cukup di depan rumah. Tak pernah hura-hura atau membuat parade kemeriahan di jalan. Bagiku, melihat kembang api dari depan rumah sudah cukup.

Dulu, meski bingung kenapa orang-orang melakukan itu perayaan, aku tak ambil pusing karena aku menikmati kembang api gratis. Sekarang aku sudah tahu jika perayaan Tahun baru Masehi tidak dibenarkan di agamaku. Masihkah aku mau menikmati tontonan kembang api itu dengan perasaaan bahagia? Entahlah. Bisa saja itu dianalogikan aku bersenang-senang diatas sesuatu yang diharamkan. Yah, bisa jadi. Tapi, kalau niatku hanya untuk melihat keindahan langit dan mendapat bonus kembang api? Hmm, sampai sekarang aku tak menemukan jawaban.

Lagi.

Tiap kali aku melakukan sesuatu, aku bertanya pada diriku sendiri.


Apa alasanmu melakukannya?

Apa alasanmu tidak melakukannya?

Niat yang benar akan mempunyai alasan yang benar untuk melakukan sesuatu. Yah, kurasa aku sudah tahu jawabnya. Yah, aku rasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ditunggu komennya :)