Rabu, 16 November 2011

Daftar Ikatan Dinas di Indonesia

sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinXCOjeWntDbAzU5LkyF-XZ55U8dVZEcW64Tvh2x4XgSuFLZuEGy29kuWaOcFvFmuHAbFY_ZuFJdoH5I9y_GzM4yUnYK8MwxvWO5zK3dn6-LfLZOWOK_aSnYJfQTMa_TMn9a1QEay53Kxk/s1600/sekolah-kedinasan21.jpg
Buat teman-teman dan adik-adik yang manis, yang ingin kuliah tapi gak pengen membebani biaya kuliah kepada orang tua, atau tamat kuliah langsung penempatan di Kementerian RI, alternatifnya:


1. STIS – di bawah Badan Pusat Statistik (dapat uang saku per bulannya Rp. 850.000), pendaftaran online (di www.stis.ac.id). Lokasi kuliah Jakarta


2. AKAMIGAS-STEM – Akademi Minyak dan Gas Bumi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Lokasi kuliah Cepu, Jawa Tengah (Kawasan Rig dan pengeboran minyak) – Info bisa dilihat di www.akamigas-stem.esdm.go.id


3. MMTC – Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo), pendaftaran online (www.mmtc.ac.id). Lokasi kuliah di Yogyakarta


4. STSN – Sekolah Tinggi Sandi Negara – di bawah Lembaga sandi Negara, pendaftaran online diwww.stsn-nci.ac.id Lokasi kuliah di Bogor


5. STKS – Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di bawah Kementerian Sosial RI. Pendaftaran offline di Kemenkes RI, Bandung, Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, Makassar, Jayapura, Palu. Info diwww.stks.ac.id 


6. STPN – Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di bawah Badan Pertanahan Nasional RI. Pendaftaran online di www.stpn.ac.id Lokasi kuliah Yogyakarta

All about STIS (seleksi,perkuliahan,biaya hidup dll)



Sebelumnya aku ingin menyampaikan bahwa notes ini ditujukan khusus untuk semua temen2 ato adek2 yang pingin kuliah di STIS.Kebetulan aku sendiri kuliah di sini, jadi sedikit banyak sudah tahu dan ingin berbagi info sedikit. Kebetulan banyak sekali temen2 dan adik2 yang berminat jadi untuk lebih gampangnya aku tulis aja di sini.

1. Apa itu STIS?
STIS kepanjangan dari Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Jadi di sini perlu di tekankan kalo STIS bukan universitas, melainkan Sekolah Tinggi. Di mana2 yang namanya sekolah tinggi itu harus disiplin. Bisa disebut juga sekolah semi-militer. Tapi pengertian semi-militer disini BUKAN (sekali lagi, BUKAN) merupakan sistem pengajaran yang berdasar pada kekerasan dan semacamnya. Semi-militer di sini adalah, bagaimana para mahasiswa/i di sini diajarkan tentang ilmu kedisiplinan, jiwa korsa, cinta tanah air, dan sebagainya. Nggak perlu takut dengan ISSU (sekali lagi, ISSU) yang mengatakan bahwa ajaran sekolah semi-militer layaknya STIS ini sangatlah keras dan membahayakan. Itu tidak benar.
(kira2 inilah gambaran umumnya. Untuk info resminya silahkan kunjungi www.stis.ac.id)


2. STIS itu PTK, apa maksudnya?
STIS merupakan PTK (Perguruan Tinggi Kedinasan). Jadi, SEMUA yang bersekolah disini TIDAK DIKENAKAN biaya. Jadi, kita kuliah di sini sekitar 4tahun, hanya boleh mengulang 1tahun jika tidak naik tingkat. Setelah lulus, kita berkewajiban di tempatkan di instansi yang dipilihkan STIS (biasanya BPS atau menjadi dosen STIS itu sendiri). Bagai yang memiliki prestasi nilai 10 besar se-STIS oleh memilih tempat penempatan kerjanya. Oh ya, setelah lulus STIS kita resmi menjadi CPNS golongan 3A.

3. Biaya kuliah di STIS, benarkah gratis?
100% TIDAK dikenakan biaya perkuliahan. Tetapi pada daftar ulang ita diwajibkan membayar Rp 2.500.000 untuk keperluan selama 4tahun kuliah di sini : baju PDA(Pakaian Dinas Akademik), jas Almamater, atribut, pakaian olahraga, pakaian outbound, outbound, sepatu, tas, kaos kaki, dll. Dan setiap bulan kita mendapat uang TID (Tunjangan Ikatan Dinas) sebesar

Selasa, 15 November 2011

Masa Lalu yang Datang Kembali--Part III(habis)



Masa Lalu yang Datang Kembali--Part III(habis)



         Aku tak menyangka. Keget. Syok malah. Sepertinya aku salah orang. Apa aku permisi lalu pulang atau….
            “Kakak sedang menunggu seseorang, yang beberapa hari lalu mendapat kiriman surat yang menyuruhnya pergi ke tempat ini” kata kak Rama sambil menatap langit sore dengan samar-samar. Aku pun terguncang.
            “Maksud kakak surat ini?” aku pun menunjukkan surat itu. Rasa kaget di dadaku belum juga usai.
            “Emm, mari ikut aku!”
            “Ke mana kak? Mana dia? Kenapa yang datang malah kakak?” tanyaku penasaran. Aku pun merasakan keanehan sedang terjadi.
            “Dia siapa?”, sepertinya dia kebingungan dengan pertanyaanku.
            “Pengirim surat ini…” ucapku menjelaskan.
            Alisnya meninggi sebelah menyiratkan sejuta tanda tanya. Ia lantas tersenyum dengan tatapan mata mengandung sejuta arti menatapku.
            “Mari ikut aku, dan kau pun akan mengerti”
            Aku tak mengerti. Motor kak Rama terus melaju hingga keluar dari kota Jakarta.

Minggu, 13 November 2011

Masa Lalu yang Datang Kembali--Part II


Masa Lalu yang Datang Kembali--Part II


            “Ky, loe kenapa sih? Hello, apakah sang otak masih nangkring di kepalanya nona Kiky?”
            “Apaan sih loe Vann, nggak lucu!” sahutku sambil menyeruput dalam-dalam lemon-ice ku sampai habis.
            “Dari tadi loe nglamun mulu. Kenapa neng? Nggak sadar ya, tuh pangeran loe ngeliatin tuh dari tadi. Biasanya loe histeris gitu, kenapa sekarang jadi melempem sih”, kata Vannda sambil memukulkan gulungan kertas ke kepalaku. Aku tertawa kecil. Vannda memang belum sempat kuceritakan tentang surat beberapa hari lalu.
            Sialan juga nih anak, seenaknya aja dia nyebut cowok itu “pangeranku”. Tapi memang iya sih. Dulu aku pernah nge-fans berat dengan dia. Dia kakak tingkat kami di kampus. Dia panitia ospek di kampus kami. Cowok yang cool dengan senyum dan tatapan mata yang perfect. Dulu aku termasuk orang yang histeris saat ketemu dia dari jauh sekalipun. Sekarang? Gak tahu kenapa aku jadi mundur perlahan dari Ramaniac, sebutan untuk para fans-nya kak Rama.
            Tapi apa benar yang dibilang Vannda kalau dia daritadi ngeliatin aku melulu? Aku pun melirik dia. Tampaknya dia asyik mengobrol dengan temannya. Kalau diperhatikan, dia selalu nampak kharismatik dilihat darimana pun. Dia juga suka tersenyum, apalagi dengan satu lesung pipit di pipi kirinya. Mengingatkan aku tentang….

Masa Lalu yang Datang Kembali -- Part I


Masa Lalu yang Datang Kembali


            Kedatangan tukang pos di kost ku pagi ini bagaikan petir di siang bolong. Namun menurutku sepertinya ungakapan yang paling pas adalah kolam renang di gurun Sahara. Kedatangannya sudah mengganggu jadwal hibernasiku. Kebetulan hari ini adalah hari Sabtu, dan aku sudah sengaja meng-cancel segala jadwal hari ini untuk tidur pulas di kamarku yang nyaman. Ia datang membawa sepucuk surat tanpa pengirim. Awalnya aku malas sekali membukanya. Yah, hanya sepucuk surat yang beramplopkan warna putih, tanpa pengirim, dan didalamnya pun hanya terdapat selembar surat warna biru muda.
            Awalnya aku ragu untuk membukanya. Apa benar ini surat untukku. Di jaman serba modern ini biasanya orang sangat enggan bahkan tidak mau lagi menggunakan jasa tukang pos. Mereka lebih memilih telepon seluler yang lebih praktis dan lebih cepat.
            Apa mungkin surat ini salah kirim? Tapi mengingat alamat penerimanya, jelas sekali surat ini untukku. Tak mungkin sekali surat ini dari orang tuaku karena kami selalu menggunakan telepon untuk berkomunikasi. Ataupun dari kampusku tempat aku kuliah, mengingat warna kertas suratnya yang biru muda. Maka, aku putuskan untuk membukanya.
            Tulisan tangan yang cukup bagus , pikirku. Suratnya pun wangi mawar, bau yang sangat kusukai. Dan hey! Di dalamnya terdapat kuntum mawar putih yang jatuh. Ada 7 kuntum. Apa maksudnya?
            Dear, cengeng.

Sabtu, 12 November 2011

Tell Me How to be A Real Teenager

Remaja itu seperti lentera..


Aku hanyalah sebuah lentera yang berusaha menerangimu dengan cahayaku yang hanya seberkas saja. Aku pun bisa mati tertiup angin, bisa jatuh dan pecah, lalu mati. Dan setelah itu? Siapa yang akan menerangimu? Aku bukanlah matahari yang bisa menyambutmu kala pagi. Aku hanya kamu butuhkan saat matahari pergi, ketika sinar sang bulan tak lagi bertengger di langit yang gelap.
Lentera, sama artinya dengan remaja. Masih kecil, kadang redup dan bersinar. Kadang hidup dan mati. Kadang hanya dibutuhkan di saat tertentu saja. Karena banyak yang beranggapan kita kurang berguna. Kita memang belum bisa menyaingi matahari. Tapi, tak tahukah mereka? Justru lentera kecil inilah yang